LAPORAN
PRAKTIKUM KJT
ORGANOGENESIS PADA BAWANG PUTIH
(Allium sativum)
(Allium sativum)
Disusun
Oleh :
Nama : HIRMAN
NIM : 10640005
KLPK : II
Asisten : Maidatun
Nafi’ah, S.Si
LABORATORIUM
TERPADU
PROGRAM
STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
ORGANOGENESIS PADA BAWANG PUTIH
(Allium sativum)
(Allium sativum)
I.
TUJUAN
1.1. Mengamati respon kultur jaringan pada organogenesis
bawang putih (Alium sativum)
terhadap kombinasi zat pengatur tumbuh.
1.2. Mengamati pembentukan organogenesis.
II.
DASAR TEORI
Mikropropagansi
merupakan suatu penggunaan teknik kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian kecil dari tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro (
Sisunandar, 2011).Tahapan-tahapan Mikropropagasi menurut George dan
sherington 1984 ada tiga cara yaitu multiplikasi tunas dari meristem,
pucuk atau aksiler,pembentukan tunas adventif (organogenesis) dan pembentukan
Embrio somatik (embriogenesis).
Organogenesis
merupakan proses pembentukan dan perkembangan tunas dari jaringan meristem.
Proses organogenesis dimulai dengan perubahan sel parenkim tunggal atau
sekelompok kecil sel, dimana selanjutnya membelah menghasilkan suatu masa sel
globular atau meristemiod, bersifat kenyal dan berkembang menjadi primodium
pucuk atau akar. Kejadian ini dapat terjadi langsung pada eksplan atau tidak
langsung melalui pembentukan kalus (Nugrahani dkk. 2011).
Organogenesis
langsung untuk perbanyakan tunas dapat diinisiasi langsung dari tunas adventif.
Pembentukan tunas secara langsung ini tergantung pada bagian tanaman yang
digunakan sebagai eksplan dan jenis tanaman yang dikulturkan. Pada beberapa
jenis tanaman tunas adventif dapat terbentuk dari berbagai organ tanaman
seperti daun, batang, akar atau petal, sementara jenis tanaman lainnya hanya
dari organ tertentu seperti potongan umbi, embrio atau kecambah. Perbanyakan
tanaman melalui pembentukan tunas langsung dapat dilakukan dengan tahap
inisiasi yang dilanjutkan dengan multiplikasi tunas. Ke dua tahap ini dapat
terjadi pada medium yang sama tanpa melalui pemindahan ke medium baru. Tahap
multiplikasi juga merupakan tahap pembentukan tunas adventif dan tunas aksiler
yang tumbuh dari mata tunas adventif bersama-sama (Purnamaningsih R. 2003).
Organogenesis
tidak langsung untuk inisiasi tunas melalui kalus. Di sini tunas adventif
maupun akar akan terbentuk dengan diawali terjadinya kalus. Kultur kalus
memiliki potensial morfogenetik bervariasi. Kalus dari beberapa jenis tanaman
atau dari beberapa eksplan, sering gagal beregenerasi membentuk tunas atau
hanya membentuk akar. Perbanyakan tanaman melalui kalus akan menghasilkan
tanaman dengan genetik yang bervariasi, dan ini sangat dikehendaki oleh pemulia
tanaman sebagai sumber keragaman genetik
(Roostika dkk. 2005).
Regenerasi
eksplan melelui organogenesis secara garis besar dilakukan melalui dua tahap,
yaitu induksi tunas dan multiplikasi tunas. Pada saat induksi tunas, eksplan
ditanam pada media induksi tunas. Jenis media dan komposisi media untuk induksi
tunas disesuaikan dengan jenis tanaman (Yusnita dkk. 2011).
Eksplan
yang sering digunakan adalah tunas aksiler. Tunas aksiler akan menghasilkan
tunas pucuk dan kalus. Tunas aksiler sangat baik untuk eksplan karena masih
bersifat meristematik, sehingga masih aktif membelah. Selain itu kandungan
auksin endigen didalamnya juga mendukung kecepatan pertumbuhan (Colin dan
Edward. 1998).
Organogenesis
sangat dipengaruhi oleh konsentrasi auksin dan sitokinin. Inisiasi akar ketika
rasio konsentrasi auksin tinggi dan sitokinin rendah, sedangkan pembentukan
calon tunas terjadi ketika konsentrasi auksin rendah dan sitokinin tinggi. Pada
konsentrasi yang tinggi, sitokinin akan memacu pertumbuhan tunas aksiler.
Sedangkan auksin lebih memacu akar dan kalus. Pemberian auksin tunggal tanpa
sitokinin ternyata memberikan efek kurang optimal jika dibandingkan dengan
kombinasi auksin tinggi begitu juga induksi tunas. Kombinasi auksin dan
sitokinin yang optimal sangat diperlukan untuk organogenesis (George dan
Sherrington. 1984).
III. METODE
3.1. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu Petridisk steril, Pinset, Scalpel, Beker glass dan Lampu bunsen. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu Umbi bawang putih, Alkohol, Medium kultur dan akuades.
3.2.
Cara Kerja
3.2.1. Disiapkan media MS padat dengan penambahan zat pengatur
tumbuh NAA : IBA (1:3, 3:3 dan 3:1 )
3.2.2. Sterilisasi umbi bawang putih
3.2.3. Penanaman eksplan pada medium dan inkubasi
3.2.4. Pengamatan selama 20 hari catat kultur umbi pada medium
mana yang tumbuh akar pucuk dan kalus
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil
pengamatan oranogenesis pada bawang putih selama 20 hari
No.
|
Medium
|
Tumbuh
|
Kontaminan
|
Keterangan
|
|||
Akar
|
Tunas
|
Kalus
|
Jamur
|
Bakteri
|
|||
1. a
|
1:3
|
-
|
ü
|
-
|
|
|
Tumbuh tunas pada hari ke-5
Kontaminasi ada pada hari ke-15
|
b
|
3:3
|
-
|
-
|
-
|
ü
|
|
|
c
|
1:3
|
ü
|
-
|
-
|
|
|
|
2. a
|
|
-
|
ü
|
-
|
|
|
Hari ke-10 baru tumbuh tunas
|
b
|
|
-
|
ü
|
-
|
|
|
|
c
|
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
3. a
|
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
b
|
|
-
|
-
|
-
|
|
|
|
c
|
|
-
|
ü
|
-
|
|
|
|
4. a
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Mengalami browning semua
|
b
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
c
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5.a
|
3:3
|
|
ü
|
|
|
|
Membentang, bawang putihnya berwarna kecoklatan
|
b
|
3:1
|
ü
|
ü
|
|
|
|
Lapisan bawah bawang berwarna kecoklatan
|
c
|
1:3
|
|
ü
|
|
|
|
|
Gambar
1. Tumbuh tunas Gambar 2. Umbi yang mengembang
Gambar 3. Eksplan
terkontaminasi jamur Gambar
4. Eksplan terkontaminasi bakteri
4.2.
Pembahasan
Organogenesis
merupakan proses pertumbuhan suatu ekspalan secara in vitro yang dapat
membentuk akar atau batang saja. Proses ini dapat dilakukan dengan dua jalur,
yitu jalur secara langsung dan tidak langsung. Organogenesis secara langsung
terjadi tanpa memalui proses pembentukan kalus terlebih dahulu, kombinasi ZPT
golongan auksin dan sitokinin pada media mempengaruhi hal tersebut. Sedangkan
organogenesis secara tidak langsung terjadi diawali dengan proses pembentukan
kalus. Sumber eksplan yang digunakan adalah embrio Allium sativum, penggunaannya digunakan pada bagian pangkal, tengah
dan ujung embrio untuk mengetahui distribusi hormon yang terdapat pada eksplan.
Sebelum
ditanam dalam media, dilakukan tahap presterilisai yaitu Allium sativum
dicelupkan dalam alkohol dan dilewatkan diatas nyala api karena embrionya
terlindungi serta memastikan bahwa kontaminasi hilang dan untuk menguapkan
alkohol hasil pencelupan.
Berdasrkan
hasil yang telah diperoleh diketahui bahwa pada induksi organogenesis pada
eksplan bawang putih banyak yang menumbuhkan tunas dan 2 botol yang menumbuhkan
akar. Pertumbuhan kalus diawali pada pengamtan hari ke-5 namun ada juga yang
baru tumbuh dihari ke-10. Secara umum ciri-ciri yang ditimbulkan oleh ekplan
adalah tumbuh tunas yang menghadap keatas, ukuran eksplan juga lebih besar dari
ukuran saat diwal penanaman dalam medium. Pada permukaan bawah eksplan berwarna
kecoklatan sedangkan permukaan atasnya perwarna putih. Ada 3 botol yang sama
sekali tidak tumbuh, namun browning,
hal ini dapat dikarenakan jaringan tumbuhannya rusak atau dibiarkan dalam waktu
lama. Browning merupakan proses
teroksidasinya senyawa fenolik yang terdapat pada syatan bekas luka. Salah satu
yang dapat dilakukan untuk mengatasi browning
adalah peningkatan kadar hormon, penambahan air kelapa dan pemberian vitamin
(Constabel. 1984).
Dapat
dilihat pada tabel 1 terlihat bahwa media yang digunakan tidak selalu sesuai
dengan konsentrasi perbandingan auksin dan sitokininnya. Terlihat ada satu
botol yang memiliki konsentrasi auksin:sitokinin adalah 3:1 namun ekspalnnya
dapat tumbuh akar dan tunas yang hampir bersamaan. Begitu pula dalam
perbandingan 3:3 yang tumbuh justru tunasnya. Karena perbandingan demikian
seharusnya untuk menginduksi kalus, tunas akan tumbuh pada medium yang memiliki
konsentarsi 1:3, sedangkan akar pada perbandingan 3:1.
Pada
bagian pangkal eksplan induksi akar lebih banyak dari pada bagian tengah dan
ujung. Hal ini dikarenakan pada bagian pangkal masih memiliki auksin endogen
yang digunakan untuk proses pertumbuhan. Auksi berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan pembentangan sel pada bagian tunas, sehingga konsentrasi
auksin lebih tinggi. Namun untuk pada bagian tengah dan pangkal biasanya
memungkinkan untuk pertumbuhan daun atau tunas. Tapi hal tersebut juga dapat
berubah-ubah yang dapat disebabkan oleh penyerapan ZPT dari medium ke sel-sel
tidak merata kesetiap sel.
Kontaminasi
yang terjadi pada eksplan bawang putih disebabkan oleh jamur. Kontaminasi dapat
terjadi karena proses sterilisasi yang kurang sempurna, atau saat proses
penanaman yang dilakukan praktikan kurang baik. Jika saat penanaman embrio
bawang putih kedalam media terbalik, maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan
tunas dan akar pun terbalik. Seharusnya tunas yang tumbuh keatas namun karena
terbalik sehingga tumbuh kebawah, begitu pula sebaliknya dengan akar. Kesalahan
ini dapat terjadi sebagai hasil respon terhadap sebaran auksin secara
basipetal.
V.
KESIMPULAN
1. Medium
dengan kombinasi tertentu ZPT golongan auksin maupun sitokinin dapat memacu
organogenesis. Medium dengan perbandingan auksin dan sitokinin (1:3) akan
menginduksi pembentukan tunas, perbandingan (3:3) akan menginduksi pertumbuhan
kalus, sedangkan untuk perbandingan (3:1) akan menginduksi pertumbuhan akar.
2. Pada
bagian pangkal bawang putih menunjukkan respon yang paling besar mengalami
proses organogenesis, daripada pada bagian ujung dan tengah bawang putih.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Collin A.
and Edwards S. 1998. Plant Cell
Culture. Bios scientific pub. Liver
George, F. E. Dan Sherrington, P. D. 1984. Plant
Propagation by Tissue Culture. .Exegetics ltd.
Eversly,Basingstoke,Hants,England,
Nugrahani,
P., Sukendah, Makziah. 2011. Regenerasi
eksplan melalui organogenesis dan embriogenesis somatik
Purnamaningsih
R. 2003. Regenerasi Tanaman Melalui
Embriogenesis Somatik Dan Beberapa Gen Yang Mengendalikannya.
Roostika
I, Mariska I, Purnamaningsih R. 2005.
Regenerasi Tanaman Sedap Malam melalui Organogenesisi dan Embriogenesis
Somatik. J.Hort.
LAMPIRAN
Gambar 1. Penanaman Eksplan
Gambar 2. perbandingan Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar