PENGOLAHAN TERPADU HASIL TANGKAPAN NYALE OLEH MASYARAKAT LOMBOK TENGAH
MELALUI PKM SU-KA (PROGRAM KREATIVITAS MASYARAKAT SUKU-SASAK) SEBAGAI UPAYA
PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL MENUJU PASAR GLOBAL
Tim
Penulis:
1.
Mustini
(09640024) : Ketua Tim
2.
Hirman
(10640005) : Anggota Tim
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
LEMBAR
ORISINALITAS KARYA
Yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Mustini
Tempat Tanggal Lahir : Lombok, 27 Agustus 1991
NIM :
09640024
Fakultas/Universitas : Sains dan Teknologi/Universitas
Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Alamat Rumah : Masbagik, Lombok Timur-NTB
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Karya Tulis Ilmiah
yang diusulkan ini belum pernah dikerjakan atau sedang dilaksanakan dengan
sponsor/biaya dari lembaga lain.
2. Karya Tulis Ilmiah
ini belum pernah diikutsertakan dalam lomba ilmiah nasional/international
sebelumnya.
3. Karya Tulis Ilmiah
ini tidak mengandung unsur plagiat.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam
keadaan sadar dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun untuk keperluan
pengajuan Karya Tulis Ilmiah pada Kompetisi KTI Tingkat DIY 2012.
Dibuat di:
Yogyakarta
Pada tanggal: 5 0ktober
2012
Yang
Membuat Pernyataan
Mustini
09640024
HALAMAN
PENGESAHAN
KARYA
TULIS ILMIAH
Pengolahan Terpadu Hasil Tangkapan Nyale oleh Masyarakat Lombok Tengah
melalui PKM Su-ka (Program Kreativitas Masyarakat Suku-Sasak) sebagai Upaya
Pengembangan Budaya Lokal Menuju Pasar Global
Disusun
oleh:
1. Mustini
(09640024)
2. Hirman
(10640005)
Yogyakarta, 8 Oktober
2012
Menyetujui,
Dosen
Pembimbing
Dra.
Maizer Sa’id Nahdi, M.Si
Mengetahui,
a.n
Dekan
Ketua
Program Studi Biologi
Anti Damayanti H., S.Si, M.MolBio
1981052–220060-42-005
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah
segala puji dan syukur kepada Allah swt atas terselesaikanya karya tulis ilmiah
yang berjudul “Pengolahan Terpadu Hasil Tangkapan Nyale oleh Masyarakat Lombok
Tengah melalui PKM Su-ka (Program Kreativitas Masyarakat Suku-Sasak) sebagai
Upaya Pengembangan Budaya Lokal Menuju Pasar Global”. Shalawat dan salam
kepada Rasulullah saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir
zaman, yang begitu mencintai umatnya hingga napasnya yang terakhir.
Karya
Tulis Ilmiah (KTI) ini bisa terselesaikan atas kerja sama dari berbagai element
mulai dari masyarakat suku sasak Lombok Tengah, para nelayan, Kakak Hamzah S.Pd
kami mengucapkan banyak terimaksih atas informasinya, terlebih kepada dosen
pembimbing Dra. Maizer Said Nahdi M.Si yang telah membimbing kami dengan tulus
dan penuh keikhlasan.
Karya
Tulis Ilmiah ini juga kami susun atas dasar keprihatinan kami terhadap
masyarakat suku sasak Lombok Tengah yang masih
menggunakan cara serba tradisional
didalam mengolah hasil tangkapan Bau Nyale semoga dengan hadirnya
karya tulis ini akan membawa cara tradisional tersebut menuju pasar global.
Amin.
Penulis
Karya Tulis Ilmiah ini, juga merupakan putra/i asli suku sasak tepatnya Lombok
Tengah dan Lombok Timur yang sudah sering mengikuti upacara Bau Nyale di
pesisir pantai selatan pulau Lombok. Penulis juga tidak lupa memohon maaf
apabila dalam penyusunan KTI ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
terdapat kekurangan didalamnya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan.
Wassalamu’alaikum
wr. wb
Yogyakarta,
05 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
ORISINALITAS
KARYA.................................................................................ii
HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR
ISI......................................................................................................v
RINGKASAN....................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Perumusan
Masalah................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat
Penelitian...............................................................3
1.3 Kerangka
Pemikiran...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1 Potensi
Pengembangan Pariwisata Pulau Lombok.................................6
2.2 Pemanfaatan Nyale.................................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................9
3.1 Lokasi dan
Waktu...................................................................................9
3.2 Alat dan
Bahan........................................................................................9
3.3 Langkah-langkah
Penelitian....................................................................9
BAB
IV DESKRIPSI KARYA........................................................................11
4.1 Analisis
SWOT......................................................................................11
4.2 Rencana Strategi
dan Pengembangan Usaha.........................................12
BAB
V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 1 FOTO PEMANDANGAN PANTAI SEGER
KUTE
LAMPIRAN 2 FOTO HASIL TANGKAPAN NYALE
RINGKASAN
MUSTINI
& HIRMAN. Pengolahan Terpadu Hasil Tangkapan Nyale oleh Masyarakat Lombok Tengah melalui PKM Su-ka (Program
Kreativitas Masyarakat Suku-Sasak) sebagai Upaya Pengembangan Budaya Lokal
Menuju Pasar Global. Dibimbing oleh Dra. Maizer Said Nahdi, M.Si.
Nyale merupakan
sebutan untuk sejenis biota laut anggota filum Annelida dari kelas Polychaeta yang hidup di lubang-lubang batu karang dibawah
permukaan laut yang biasa ditangkap
oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah setiap satu tahun sekali. Hewan ini
adalah salah satu kekayaan keanekaragaman hayati laut di daerah kepulauan
tersebut, yang telah dimanfaatkan sejak lama oleh masyarakat setempat, baik
sebagai penyubur tanah, umpan, maupun pangan.
Informasi ilmiah
mendasar terkait pemanfaatan Nyale
oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah belum pernah diteliti. Selama ini
pemanfaatan hasil tangkapan Nyale hanya
dilakukan dalam skala rumah tangga. Tujuan umum
penelitian ini ialah mencanangkan program pengolahan terpadu hasil
tangkapan Nyale oleh masyarakat
Lombok Tengah melalui PKM Su-ka
(Program Kreativitas Masyarakat Suku-Sasak) sebagai upaya mengembangkan tradisi
lokal menuju pasar global. Tujuan khusus penelitian ini antara lain: mengetahui
dan menganalisis sejauh mana pemanfaatan Nyale
oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah; mengetahui pola tangkap
tradisional yang dikembangkan oleh masyarakat suku sasak saat upacara adat bau Nyale; mengembangkan kreativitas
masyarakat suku sasak Lombok Tengah dalam membuat inovasi produk olahan Nyale; meningkatkan nilai jual produk
olahan Nyale; menyediakan informasi
ilmiah mengenai kandungan nilai gizi pada Nyale
agar mampu bersaing dalam pasar global.
Kerangka pikir
penelitian ini mencakup pengumpulan
data (input), pengolahan data (prosses), dan hasil pengolahan
data (output). Pengumpulan data (input) merupakan kegiatan
menghimpun informasi-informasi yang terkait dengan pola tangkap dan pengolahan
hasil tangkapan Nyale yang dikembangkan oleh masyarakat suku sasak
Lombok Tengah. Pengolahan data (prosses)
merupakan analisis informasi-informasi yang telah dikumpulkan dan diperoleh
dari beberapa sumber, terutama pola tangkap yang sangat mempengaruhi keberlanjutan
Nyale dan pemanfaatannya. Hasil (output) yang diharapkan dari penelitian
ini ialah dibentuknya sebuah unit usaha terpadu yang mengembangkan produk lokal
hasil tangkapan Nyale menjadi
berbagai macam produk pangan inovatif.
Pesta adat Bau Nyale merupakan sebuah tradisi yang
sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku sasak suku asli
pulau Lombok. Selain pantai dan upacara adat, kawasan ini juga dekat dengan
Dusun Sade yang merupakan pusat kerajinan di Pulau Lombok serta Dusun Nde yang
telah ditetapkan sebagai salah satu desa pariwisata berupa kampung tradisional.
Oleh karena beberapa alasan diatas maka pantai Kute ini sangat cocok dijadikan
sebagai tempat pariwisata budaya.
Menurut keyakinan masyarakat, Annelida laut yang
juga sering disebut cacing Palolo (Eunice
fucata) ini diyakini dapat membawa kesejahteraan dan keselamatan, khususnya untuk
kesuburan tanah pertanian agar dapat menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale yang telah mereka tangkap di
pantai, biasanya mereka taburkan ke sawah untuk kesuburan padi. Selain itu, Nyale tersebut mereka gunakan untuk
berbagai keperluan seperti santapan (Emping Nyale),
lauk-pauk, obat kuat dan lain sebagainya yang bersifat magis sesuai dengan
keyakinan masing-masing tanpa adanya informasi ilmiah.
PKM Su-ka adalah
sebuah program berupa unit usaha terpadu yang nantinya akan menjadi sentra
pengolahan hasil tangkapan Nyale pada
tradisi Bau Nyale yang rutin diadakan
setiap satu tahun sekali. Tidak hanya Nyale,
namun pengolahan hasil tangkapan laut juga akan dioptimalkan melalui PKM
Su-ka. PKM Su-ka berupa Home Industry yang
akan dikelola bersama masyarakat setempat sehingga nantinya diharapakan mampu
membantu perekonomian dan kemandirian masyarakat sekitar pesisir pantai dalam
mengembangkan pootensi lokal menuju pasar global.
Kata
kunci: Nyale, pemanfaatan, masyarakat
suku sasak, Lombok Tengah
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Perumusan Masalah
Nyale
berasal dari bahasa sasak yang digunakan untuk menyebut sejenis hewan laut
menyerupai cacing yang diyakini sebagai jelmaan dari putri Mandalika. Menurut
keyakinan dan berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat suku sasak bahwa
putri Mandalika adalah seorang putri yang cantik jelita dan bijaksana. Oleh
karena pesona kecantikannya, banyak pangeran dan pemuda yang datang melamarnya.
Pada suatu ketika sang putri bermimpi jika salah satu diantara pemuda ia terima
menjadi suaminya maka akan terjadi pertumpahan darah. Sang putri tentu tidak
ingin hal itu terjadi, maka ia kumpulkan seluruh rakyatnya untuk berkumpul
ditepi laut dan berpesan bahwa ia telah ditakdirkan menjadi Nyale yang bisa ditangkap dan dinikmati
oleh semua orang pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale dipermukaan laut. Kemudian sang putri menceburkan diri ke laut. Sejak
saat itulah tradisi “Bau Nyale” mulai
berkembang di masyakat suku sasak Lombok (ceritarakyatnusantara.com, 2011).
Tradisi “Bau Nyale” merupakan suatu kegiatan
menangkap cacing (dalam bahasa sasak “Bau
Nyale”) yang rutin diadakan setiap setahun sekali antara pertengahan bulan
Februari atau Maret di pesisir pantai pulau Lombok, khususnya di pantai Seger
Kuta, Lombok Tengah. Menurut keyakinan masyarakat, Annelida laut yang sering
disebut cacing Palolo (Eunice fucata)
ini diyakini dapat membawa kesejahteraan dan keselamatan, khususnya untuk
kesuburan tanah pertanian agar dapat menghasilkan panen yang memuaskan
(Fakhrurrozi, 2011). Nyale yang telah
mereka tangkap di pantai, biasanya mereka taburkan ke sawah untuk kesuburan
padi. Selain itu, Nyale tersebut
mereka gunakan untuk berbagai keperluan seperti santapan (emping Nyale), lauk-pauk, obat kuat dan lain
sebagainya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing tanpa
adanya informasi ilmiah (lomboknews.com, 2012).
Secara ekonomi telah terbukti bahwa selama ini Nyale menjadi salah satu sumber
pendapatan tambahan masyarakat suku sasak Lombok Tengah (lomboknews.com, 2012).
Namun, jika kegiatan ini terus ditingkatkan maka pemanfaatan Nyale cenderung berpotensi mengarah pada
kegiatan eksploitasi sumber daya alam dan hal ini dapat mengancam kelestarian
populasinya dihabitat.
Tradisi “Bau
Nyale” oleh masyarakat suku sasak di Pulau Lombok sudah dilakukan secara
turun temurun, namun belum banyak laporan maupun kajian ilmiahnya. Padahal
data-data ilmiah mampu mendukung pengembangan budaya lokal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Menuruut FAO dalam Fakhrurrozi (2011),
bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan laut harus
didasari bukti ilmiah terkait konservasi jangka panjang dan pemanfaatan yang
berkelanjutan.
Meskipun hanya berbekal pengetahuan lokal, namun
kegiatan ini masih terus dilakukan sampai sekarang dan ini menandakan bahwa
pemanfaatannya berkelanjutan. Akan tetapi kenyataannya bahwa, pengetahuan lokal
seringkali dianggap remeh karena dianggap tidak ilmiah yaitu belum bisa
dijelaskan secara kuantitatif (terukur oleh metode penelitian). Bahkan
seringkali pengetahuan tradisional keburu hilang sebelum diketahui oleh para
peneliti (Suryadarma, 2008). Padahal faktanya tidak jarang pengetahuan lokal
mampu menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat yang terjadi sehari-hari
(Soedjito & Sukara 2006). Oleh sebab itu segala aspek kegiatan penangkapan Nyale adalah masalah penting yang harus
dikaji agar tersedia bukti ilmiah yang diperlukan.
Informasi ilmiah mendasar terkait pemanfaatan Nyale yang menjadi tradisi fenomenal
dalam sejarah masyarakat suku sasak Lombok Tengah memang belum pernah ada.
Selama ini pemanfaatan hasil tangkapan Nyale
hanya dilakukan dalam skala rumah tangga. Padahal informasi ilmiah mengenai
ketahanan penggunaannya sebagai bahan pangan sangat dibutuhkan untuk
menghindari munculnya kasus keracunan. Selain itu informasi gizi yang dikandung
dalam Nyale juga penting diketahui
untuk meningkatkan nilai gizi masyarakat suku sasak Lombok Tengah pada
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan beberapa rumusan masalah diatas, maka
penting bagi kami untuk mencanangkan program pengolahan terpadu hasil tangkapan
Nyale oleh masyarakat Lombok Tengah melalui PKM Su-ka (Program Kreativitas
Masyarakat Suku-Sasak) sebagai upaya mengembangkan tradisi lokal menuju pasar
global. Harapannya melalui program ini dapat menambah kemandirian masyarakat
dalam mengembangkan produk lokal, sehingga pemanfaatan Nyale dapat optimal serta dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai hal tersebut. Disamping itu, juga dapat dijadikan masukan bagi pemerintah
setempat dalam merancang pembangunan berbasis kekuatan lokal dan kemandirian
masyarakatnya.
Menurut Soedjito dan Sukara dalam Fakhrurrozi (2011)
bahwa mengilmiahkan pengetahuan lokal adalah cara yang paling efektif untuk
menambah dan memajukan khasanah keilmuan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
hasilnya sudah pasti bisa diterapkan karena telah lama sekali dipraktekkan
melalui tradisi masing-masing etnik pemiliknya. Selain itu dapat pula
mengangkat citra dan upaya mencari solusi efektif untuk tiap masalah di
masing-masing lokalitas (Suryadarma, 2008).
1.2
Tujuan
dan Manfaat Program
Adapun tujuan
yang hendak dicapai dalam program ini adalah sebagai berikut:
a)
Untuk mengetahui
dan menganalisis sejauh mana pemanfaatan Nyale
oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah.
b)
Untuk mengetahui
pola tangkap tradisional yang dikembangkan oleh masyarakat suku sasak saat
upacara adat bau Nyale.
c)
Untuk
mengembangkan kreativitas masyarakat suku sasak Lombok Tengah dalam membuat
inovasi produk olahan Nyale.
d)
Untuk
meningkatkan nilai jual produk olahan Nyale
oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah.
e)
Untuk
menyediakan informasi ilmiah mengenai kandungan nilai gizi pada Nyale agar mampu bersaing dalam pasar
global.
Adapun
manfaat yang diharapkan dari program ini antara lain:
a)
Terselamatkannya
perbendaharaan sekaligus memperkaya khasanah pengetahuan tradisional.
b)
Berkembangnya
pola tangkap tradisional berbasis kearifan lokal yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan laut.
c)
Disusun dan dibukukannya resep-resep menu dari
Nyale oleh masyarakat suku sasak di
Lombok Tengah.
d)
Sebagai upaya
pengembangan manfaat komersial Nyale yang
lebih menguntungkan dan berkesinambungan bagi masyarakat lokal di Lombok
Tengah.
e)
Sebagai tambahan
bahan informasi bagi para peneliti selanjutnya dan bagi pihak pemerintah daerah
setempat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan daerah ekowisata dan
pembangunan berbasis kekuatan lokal dan kemandirian masyarakat suku sasak
Lombok Tengah.
1.3
Kerangka
Berpikir
Konsep pemanfaatan Nyale oleh masyarakat suku sasak di Lombok yang selama ini telah
berkelanjutan perlu untuk dikembangkan. Namun sebelumnya, harus diketahui lebih
dulu beberapa aspek terkait hal tersebut, yang sekaligus menggambarkan
bagaimana konsep pemanfaatan berkelanjutan tersebut sebagai bagian dari
kearifan lokal. Data dan informasi tentang itu semua dapat menjadi bukti ilmiah
terbaik dan tersedia, untuk diadopsi sebagai langkah konservasi jangka panjang
dan pemanfaatan berkelanjutan, maka dilakukan penelitian ini.
Kerangka pikir penelitian ini mencakup pengumpulan data (input), pengolahan
data (prosses), dan hasil pengolahan data (output). Pengumpulan
data (input) merupakan kegiatan menghimpun informasi-informasi yang
terkait dengan pola tangkap dan pengolahan hasil tangkapan Nyale yang
dikembangkan oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah. Informasi mengenai hal
tersebut dapat diperoleh dengan mengumpulkan informasi primer dari hasil
wawancara masyarakat sekitar pantai Kute seperti pemuka adat, Ibu-ibu kelompok
PKK, Dharmawanita, dan masyarakat umum sekitar pantai, seperti nelayan.
Pengolahan data (prosses)
merupakan analisis informasi-informasi yang telah dikumpulkan dan diperoleh
dari beberapa sumber, terutama pola tangkap yang sangat mempengaruhi
keberlanjutan Nyale dan pemanfaatannya.
Analisis aspek penangkapan mencakup: teknis penangkapan komersial Nyale, pola dan aturan lokal
pemanfaatan, dan dinamika perkembangan penangkapan. Menurut Hutabarat (2001),
teknik tangkap tradisional harus memenuhi empat syarat yaitu: (1) relatif
sederhana dan tanpa mesin atau alat elektronik; (2) tanpa bahan peledak atau
senyawa sintetik yang beracun atau membius; (3) sudah cukup lama diterapkan
(minimal 30 tahun); dan (4) dilakukan secara turun temurun.
Pada tahap pengolahan data (prosses) juga diperlukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait
yang akan mendukung terlaksananya PKM Su-ka, seperti ibu-ibu PKK, Dharmawanita,
dan lain sebagainya.
Hasil (output)
yang diharapkan dari penelitian ini ialah dibentuknya sebuah unit usaha terpadu
yang mengembangkan produk lokal hasil tangkapan Nyale menjadi berbagai macam produk pangan inovatif. Berbagai macam
produk yang dihasilkan dikemas dalam bentuk yang lebih menarik dan akan
dipamerkan pada beberapa event besar
daerah seperti di hotel-hotel, pameran pangan lokal, dan sebagainya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Potensi
Pengembangan Pariwisata Pulau Lombok
Pulau
Lombok merupakan bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak pada
“Segitiga Emas Pariwisata Indonesia” yaitu daerah lintas wisata antara Pulau
Bali, Komodo, dan Toraja. Sehingga akan sangat menguntungkan bagi sektor
pariwisata Pulau Lombok. Akan tetapi jika dibandingkan dengan Pulau Bali,
sektor pariwisata pulau Lombok masih kurang dikembangkan. Padahal sektor
pariwisata Pulau Lombok dapat dikatakan sebagai sektor unggulan. Menurut
lomboknews.com (2010) dalam Hanafi & Ciptomulyono (2012) bahwa untuk tahun
2010 saja, sampai bulan Nopember, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau
Lombok mencapai angka 662.717 orang dan sebanyak 91,5 persen dari jumlah
tersebut mengatakan akan kembali ke Lombok. Berdasarkan jumlah tersebut dapat
dilihat bahwa sektor pariwisata telah berhasil membantu perekonomian daerah
Lombok.
Hasil Rencana Tata
Ruang Wilayah Lombok Tahun 2009-2029, terlihat bahwa pemerintah daerah Lombok
berusaha untuk memajukan sektor pariwisata dengan membentuk atau membagi objek
wisata tersebut ke dalam 10 zona. Zona-zona tersebut meliputi: Senggigi dan
sekitarnya; Suranadi dan sekitarnya; Gili Gede dan sekitarnya; Benang Stokel dan
sekitarnya; Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya; Kute dan
sekitarnya; Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya; Gunung
Rinjani dan sekitarnya. Beberapa zona pariwisata ini nantinya akan dilihat
objek wisata mana yang paling potensial untuk dikembangkan (BAPPEDA, 2009).
Salah satu zona
pariwisata pulau Lombok yang potensial untuk dikembangkan ialah pantai Kute.
Pantai Kute terletak di bagian selatan Pulau Lombok, kira-kira 65 km dari kota
Mataram, tepatnya di desa Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Pantai Kute dikenal
memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa. Pantai yang berpasir putih ini
memiliki habitat bawah laut yang masih terjaga kelestariannya sehingga
memberikan nuansa air laut yang biru dengan gradasi warna hijau. Selain
keindahan alam yang dapat dinikmati, pantai Kute juga memiliki daya tarik lain
yang tidak kalah eksotisnya bagi para wisatawan. Setiap satu tahun sekali
antara bulan Februari dan Maret diadakan upacara adat yang dikenal dengan “Bau Nyale”. Kata bau berasal dari bahasa sasak yang berarti menangkap, sedangkan Nyale merupakan sebutan untuk sejenis
Annelida laut yang hidup di lubang-lubang batu karang dibawah permukaan laut
(melayuonline.com, 2009).
Pesta adat Bau Nyale merupakan sebuah tradisi yang
sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku sasak suku asli
pulau Lombok. Selain pantai dan upacara adat, kawasan ini juga dekat dengan
Dusun Sade yang merupakan pusat kerajinan di Pulau Lombok serta Dusun Nde yang
telah ditetapkan sebagai salah satu desa pariwisata berupa kampung tradisional.
Oleh karena beberapa alasan diatas maka pantai Kute ini sangat cocok dijadikan
sebagai tempat pariwisata budaya (melayuonline.com, 2009).
Menurut Hanafi dan Ciptomulyono (2012), meskipunn
pemerintah daerah telah menetapkan 10 zona seperti yang tersebut diatas, unit
usaha yang ada didalamnya bergerak sendiri-sendiri untuk mendapatkan keuntungan
masing-masing. Misalnya saja pengolahan hasil tangkapan Nyale hanya dilakukan dalam skala rumah tangga. Padahal jika
dibentuk unit usaha terpadu untuk pengelolaan pemanfaatan Nyale mampu membantu daerah dalam mengatasi masalah isu-isu kritis
perekonomian daerah seperti pengembangan sumber daya manusia, lapangan
pekerjaan, serta pembangunan masyarakat dan pedesaan. Selain mampu meningkatkan
perekonomian didaerah, program unit terpadu pengolahan hasil tangkapan Nyale juga dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai pemanfaatannya lebih lanjut.
2.2
Pemanfaatan Nyale
Meskipun kajian ilmiah mengenai pemanfaatan Nyale oleh suku sasak di Lombok belum
banyak, namun pemanfaatan cacing laut seperti halnya Nyale sudah banyak dimanfaatkan masyarakat lokal diberbagai belahan
dunia. Jenis cacing laut ini umumnya
digunakan sebagai umpan dan pakan ikan serta pangan lezat bagi manusia
(Romimohtarto & Juwana, 2001).
Nyale
merupakan
kelompok cacing anggota kelas Polychaeta
dari marga Neanthes (Nereis) yang biasa ditangkap setiap
pertengahan bulan Februari dan Maret pada upacara adat “Bau Nyale”. Di Samoa dan Fiji setiap Oktober dan November sejenis polychaeta yang disebut palolo (mbalolo)
juga biasa ditangkap untuk dijadikan makanan. Di Maluku sejenis polychaeta serupa yang disebut laor muncul
dan ditangkap setiap Maret, juga dijadikan makanan oleh masyarakat setempat
(Romimohtarto & Juwana 2001).
Jika ditijau dari segi keyakinan, masyarakat suku
sasak di Lombok adalah mayoritas penganut agama islam (muslim). Sebagai seorang
muslim, aspek halal-haram suatu produk pangan harus diperhatikan. Selama ini,
pemanfaatan Nyale oleh masyarakat
setempat tidak begitu bermasalah terkait kehalalannya karena didasarkan pada
Q.S Al-Maidah: 96, “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan yang
berasal dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, ...” (Fakhrurrozi, 2011).
Menurut Aprianto dan Nurbowo (2003), sesuatu yang
halal bisa menjadi haram jika melakukannya terkait akidah (kepercayaan) syirik
yang bertentangan dengan ajaran islam seperti halnya pada acara adat Bau Nyale di Lombok. Upacara adat yang
dilakukan oleh masyarakat suku sasak di Lombok seringkali dikaitkan dengan
kepercayaan akan mitos dan khasiat yang dikandung dalam Nyale. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pelurusan
akidah terkait keyakinan masyarakat setempat melalui pengadaan program
pengolahan terpadu hasil tangkapan Nyale oleh
masyarakat suku sasak yang berbasis sosio-preneurship.
Informasi ilmiah (literatur) tentang bagaimana cara
mengolah Nyale yang dimanfaatkan baik
untuk umpan maupun makanan (pakan) hewan piaraan dan terutama untuk makanan
(pangan) manusia memang belum ada. Informasi tentang kandungan gizinya sebagai
produk pangan dan tinjauan ilmiah mengenai teknik pengolahannya pun belum
pernah ada. Begitu pula literatur tentang kelebihan dan kekurangan Nyale sebagai umpan dan potensinya
sebagai pakan, juga belum pernah ada. Oleh karena itu program ini diharapkan
mampu menjadi penelitian rintisan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dipusatkan pada daerah pujut, pantai
Seger Kute, Lombok Tengah. Penelitian ini dilaksanakan sekitar bulan November
2012 sampai bulan Maret 2013.
3.2
Alat
dan Bahan
Bahan dasar yang diperlukan untuk penelitian ini
ialah hasil tangkapan Nyale yang
diperoleh saat upacara adat Bau Nyale.
Nyale diperoleh dengan beberapa cara
seperti, membeli dari nelayan, membeli dari masyarakat yang mengikuti upacara
adat tersebut, dan dikumpulkan dari hasil tangkapan masyarakat yang tergolong
dalam kegiatan PKM-Suka. Bahan lain yang dipergunakan untuk kegiatan PKM Su-ka
ini akan dieksplorasi lebih dalam saat melakukan wawancara dan inventarisasi
produk olahan Nyale dengan ibu-ibu
PKK dan Dharmawanita.
Oleh karena PKM Su-ka masih dalam skala Home industry maka alat-alat yang
diperlukan meliputi peralatan rumah tangga seperti kompor, wajan, panci,
saringan untuk menccuci Nyale, oven,
blender, kulkas, alat pengukus, alat perekat untuk mengemas produk, dan
lain-lain.
3.3 Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian ini secara umum
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu input data dan informasi; pengolahan data (prosses); dan hasil (output).
a.
Input data dan Informasi
Data dan informasi
diperoleh dari hasil wawancara dari beberapa pihak sebagai berikut:
1. Pemangku
adat, untuk memperoleh ijin melakukan penelitian, ijin pembuatan program, dan
ijin pelaksanaan program PKM Su-ka. Kemudian mengumpulkan informasi terkait
bagaimana pemanfaatan Nyale selama
ini oleh masyarakat setempat, apakah pemanfaatannya sering dikaitkan dengan
hal-hal mitos tanpa adanya pengetahuan ilmiah, dan apakah pemanfaatannya selama
ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat serta bagaimana pola
tangkap yang selama ini dikembangkan.
2. Kelompok
masyarakat seperti ibu-ibu PKK dan Dharmawanita, untuk melakukan koordinasi
terkait kerjasama dalam mewujudkan PKM Su-ka dikawasan pariwisata Pantai Seger
Kute, Lombok Tengah. Sekaligus untuk mengiventarisasi menu-menu makanan terkait
pengolahan Nyale oleh masyarakat
setempat. Selain itu pertemuan dengan ibu-ibu PKK dan Dharmawanita ini juga
bertujuan untuk merencanakan terkait tempat unit usaha PKM Su-ka, dan persiapan
proses produksinya.
3. Kelompok
Nelayan, untuk memperoleh informasi secara umum pola tangkap yang digunakan
oleh para nelayan ini pada saat kegiatan penangkapan Nyale, kemudian menanyakan harga jual Nyale, sekaligus koordinasi kerjasama untuk menjadi pemasok utama Nyale pada PKM Su-ka.
b.
Pengolahan
data (prosses)
Pengolahan
data hasil wawancara meliputi beberapa tahapan:
1. Analisis
data primer serta kaitannya dengan beberapa penelitian yang telah ada untuk
memperoleh data kualitatif.
2. Persiapan
sarana dan prasarana PKM Su-ka meliputi pusat unit usaha, peralatan, dan sumber
daya manusia.
3. Koordinasi
dengan beberapa pihak yang akan terlibat didalam PKM Su-ka.
c.
Hasil
(Output)
Hasil
keluaran dari penelitian ini ialah terbetuknya sebuah unit usaha terpadu yang
mengembangkan produk lokal yang mampu berdaya saing global. PKM Su-ka akan
menjadi sentra pengolahan Nyale di
Lombok Tengah.
BAB
IV
DESKRIPSI
KARYA
PKM Su-ka adalah sebuah program berupa unit usaha
terpadu yang nantinya akan menjadi sentra pengolahan hasil tangkapan Nyale pada tradisi Bau Nyale yang rutin diadakan setiap satu tahun sekali. Tidak hanya
Nyale, namun pengolahan hasil tangkapan
laut juga akan dioptimalkan melalui PKM Su-ka. PKM Su-ka berupa Home Industry yang akan dikelola bersama
masyarakat setempat sehingga nantinya diharapakan mampu membantu perekonomian
dan kemandirian masyarakat sekitar pesisir pantai dalam mengembangkan pootensi
lokal menuju pasar global.
4.1
Analisis
SWOT
Adapun analisis SWOT dari program pengolahan terpadu
hasil tangkapan Nyale oleh masyarakat
suku sasak melalui PKM Su-ka adalah sebagai berikut:
Kekuatan
|
Kelemahan
|
Peluang
|
Ancaman
|
1.
Melibatkan masyarakat secara
langsung
2.
Program ini dirancang oleh
pemuda-pemudi asli suku sasak
3.
Mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat
4.
Mampu meningkatkan kemandirian
masyarakat
5.
Sebagai langkah awal dalam
mengembangkan potensi wisata pulau Lombok
|
1.
Manajemen tradisional
2.
Sarana dan prasarana sederhana
3. Merupakan program baru bagi masyarakat sekitar pantai
4. Sumberdaya manusia yang masih rendah pendidikan
5. Daya dukung ilmiah masih sangat kurang bahkan belum ada.
|
1. Pangsa pasar yang masih luas
2. Bahan baku yang mudah di dapat
3. Pesaing besar relatif terbatas
|
1.
Home industry disekitar pantai
Seger Kute, Lombok Tengah
2. Munculnya pesaing baru
|
4.2
Rencana
Strategi dan Pengembangan Usaha
a.
Target
Pasar
1. Wisatawan
lokal dan mancanegara
2. Anak-anak,
remaja, dewasa, dan orangtua
3. Toko
Pusat oleh-oleh khas Lombok
4. Pedagang
sekitar pantai
5. Toko-toko
yang ada di Bandara Internasional Lombok
6. Para
tamu hotel yang ada di Mataram
b.
Strategi
Pemasaran
1. Mengikuti
pameran-pameran
2. Menawarkan
produk melalui dunia maya seperti Facebook, Twitter, dan Blog
3. Membuat
iklan publikasi pada media cetak dan media massa
4. Membuat
brosur atau leaflet produk-produk
inovasi berbahan dasar Nyale
5. Menerima
pesanan untuk konsumen yang berada di luar pulau Lombok
c.
Strategi
Produksi
1. Mengumpulkan
resep-resep menu pengolahan Nyale dari
masyarakat sekitar
2. Membuat
inovasi-inovasi produk yang tahan lama
3. Mengubah
wujud asli Nyale menjadi berbagai
macam makanan inovasi seperti tepung Nyale,
dan lain-lain
4. Meningkatkan
cita rasa
5. Menambahkan
informasi nilai gizi Nyale pada
kemasan produk
6. Meningkatkan
skill masyarakat yang tergabung
kedalam PKM Su-ka
d.
Rencana
Anggaran Biaya
1. Kebutuhan
Biaya Pokok Produksi
ITEM
|
Dana Paket
awal (Rp)
|
1. Bahan Baku (Nyale
dan hasil tangkapan laut lainnya)
2. Bahan Tambahan (bumbu dapur, tepung, dan
bahan-bahan lain yang mendukung)
3. Mesin Pres untuk packaging
4. Seperangkat komputer dan printer
5. Pengadaan sarana dan prasarana produksi (kompor,
panci, wajan, kulkas, blender, dan lain-lain)
6. Biaya pemasangan instalasi (air, listrik, telpon)
7. Biaya lain-lain (tak terduga)
|
Rp.
5.000.000,00
Rp.
1.000.000,00
Rp. 500.000,00
Rp.
3.000.000,00
Rp.
2.500.000,00
Rp.2.500.000,00
Rp.
1.000.000,00
|
Total
|
Rp.15. 500.000,00
|
2. Biaya
Operasional
ITEM
|
Pengeluaran/bulan
(Rp)
|
Jumlah bulan
|
Pengeluaran/ tahun
(Rp)
|
Gaji pegawai (15
orang)
Biaya Air,
listrik,dan telpon
Biaya lain-lain
|
7.500.000,00
1.000.000,00
500.000,00
|
12
12
12
|
90.000.000,00
12.000.000,00
6.000.000,00
|
Total
|
9.000.000,00
|
|
108.000.000,00
|
3. Target
penjualan (Omset)
Agar
dapat mengembalikan modal dalam jangka waktu 1 periode (12 bulan) sebesar
Rp.15.500.000,00 maka diperlukan omset minimum sekitar Rp.1.500.000,00/bulan
ITEM
|
Target penjualan/bulan (Rp)
|
Jumlah bulan
|
Target penjualan/tahun (Rp)
|
Omset
|
1.500.000,00
|
12
|
18.000.000,00
|
Total
|
Rp.18.000.000,00/tahun
|
4. Simulasi
Laba Minimum per tahun
Periode ke-
|
Item
|
Pengeluaran per tahun
(Rp)
|
Pemasukan per tahun
(Rp)
|
Jumlah laba/tahun
(Rp)
|
Pertama (2012/2013)
|
-
Biaya pokok produksi
-
Biaya operasional
|
15.500.000,00
9.000.000,00
|
15.500.000,00
18.000.000,00
|
2.500.000,00
|
Kedua (2013/2014)
|
-
Biaya pokok produksi
-
Biaya operasional
|
0
9.000.000,00
|
18.000.000,00
|
9.000.000,00
|
Ketiga (2015/2016)
|
-
Biaya pokok produksi
-
Biaya operasional
|
0
9.000.000,00
|
18.000.000,00
|
9.000.000,00
|
Keempat (2016/2017)
|
-
Biaya pokok produksi
-
Biaya operasional
|
0
9.000.000,00
|
18.000.000,00
|
9.000.000,00
|
dst.
|
|
|
|
|
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
PKM Su-ka merupakan
unit usaha terpadu pengolahan hasil tangkapan Nyale oleh masyarakat suku sasak Lombok Tengah. Penelitian ini
merupakan penelitian rintisan yang nantinya akan berkembang menjadi penelitian
lanjutan. Penulis mengajak beberapa bidang disiplin ilmu, baik sains, teknik,
sosial, dan lain sebagainya untuk bekerjasama melakukan penelitian terkait
beberapa aspek etnobiologi yang belum perrnah diteliti. Peluang penelitian di
daerah Lombok Tengah, terutama terkait ekosistem pantai masih sangat luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Aprianto, A., Nurbowo. 2003. Paduan Belanja dan Konsumsi Halal. Jakarta:
Khairul Bayan. hlm 27-29
BAPPEDA. 2009. Rencanaa tata ruang wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2009-20029
Ceritarakyatnews.com. 2011. Nyale, Upacara Perburuan Cacing Laut.
Diakses tanggal 4 Oktober 2012 06:13 (htttp//www.ceritarakyatnews.com)
Fakhrurrozi, Y. 2011. Studi Etnobiologi, Etnoteknologi, dan
Pemanfaatan Kekuak (Xenosiphon sp.) oleh masyarakat di Kepulauan
Bangka-Belitung. Disertasi, Institut Pertanian Bogor. hml 4-10.
[FAO] Food and Agricultural Organization. 1999. Tatalaksana untuk
Perikanan yang Bertanggungjawab. Purnomo, A. et al., editor: Jakarta: FAO, Departemen Pertanian RI dan JICA.
Terjemahan dari: Code of Conduct for
Resposible Fishiries, CCRF. hlm 45.
Hanafi, F.R., Ciptomulyono, U. 2012. Penentuan Prioritas Pembangunan Pariwisata
di Pulau Lombok dengan Menggunakan Metode Location Quotient (LQ) dan Analytic
Network Process (ANP). Jurusan Teknik Industri, ITS.
Hutabarat, C.M.T.U. 2001. Teknik Tangkap Tradisional Masyarakat Bajau
Kabalutan di Perairan Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah dan Dampaknya terhadap
Terumbu Karang [Tesis]. Depok: PPs. UI. hlm 10.
Lomboknews.com. 2012. Putri Cantik itu Menjelma Menjadi Cacing
Laut. Diakses 3 Oktober 2012 15:02. (http//www.lomboknews.com)
Melayuonline.com. 2009. Putri Mandalika, Asal Mula Upacara Bau
Nyale. Diakses tanggal 3 Oktober 2012 16:23. (http//www.melayuonline.com)
Romimohtarto, K., Juwana, S. 2001. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta:
Penerbit Djambatan. hlm 540.
Soedjito, H., Sukara, E. 2006. Mengilmiahkan Pengetahuan Tradisional:
Sumber Ilmu Masa Depan Indonesia. Didalam: Soedjito, H., editor. Kearifan Tradisional dan Cagar Biosfer di
indonesia. Prosiding Piagam MAB 2005 untuk Peneliti Muda dan Praktisi
Lingkungan di Indonesia. Bogor, 24-27 Agustus 2005. Jakarta, Komnas MAB
Indonesia-LIPI Press. hlm 1-4.
Suryadarma. 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta: hlm 12-14.
RIWAYAT
HIDUP
Nama : Mustini
Tempat
Tanggal Lahir : Lombok, 27
Agustus 1991
Alamat
Asal :
Masbagik, Lombok Timur-NTB
Domisili : Sapen GK
1/447 RT.25 RW.08 Yogyakarta
No
Hp :083867769881/085743152297
Email : ti2n_email27@yahoo.co..id
Riwayan
Pendidikan : 1. SDN 5
Masbagik Selatan Lombok Timur
2. MTs N Model Selong Lombok Timur
3. SMA N 2 Selong Lombok Timur
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Karya
Ilmiah yang pernah dibuat:
- Uji
Pengaruh Ekstrak Akar Sirih (Piper bettle
L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Bacillus cereus dengan Tiga Metode Ekstraksi.
- Bussines Plan: Copy
Centre “Docma” One Stop Service.
- Usaha
Pengomposan Terpadu sebagai Solusi Pengelolaan Sampah Organik di Lingkungan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
- Bussines Plan: Mencerdaskan
Bangsa Bersama Ka’Pendi (Kaos Pendidikan)
- Bussines Plan: Fruity
Burger, Solusi Hidup Sehat dengan Pangan Lokal
- Perbedaan
Jumlah Mikroorganisme pada Ruang Kuliah yang Menggunakan AC dan Ruang Kuliah
Tanpa AC.
- Pemanfaatan Limbah Cair Kedelai Menjadi
Bioetanol melalui Fermentasi oleh Saccharomycess
serevisae sebagai Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.
- Isolasi dan Identifikasi Mikrobia Pencemar Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Jamu di Balai Besar Penelitian Tanaman Obat Tradisional Tawangmangu.
Penghargaan ilmiah yang pernah diraih:
- Juara
1 Lomba Bussines Plan Piala Rektor
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
LAMPIRAN
2
Morfologi
Nyale (www.google.com)
Tiga
macam warna Nyale (www.google.com)
Satu takar Nyale
(seperti gambar diatas) dijual seharga Rp.70.000 hingga Rp.100.000
(www.wikipedia.com)
LAMPIRAN I
LAMPIRAN I
Pantai Selong Blanak Gili Selong Blanak
Jalan Menuju
Tempat Bau Nyale
Sampan Nelayan di Pantai Selong Blanak
Lokasi Bau Nyale Pantai Mawun
|
Mawun Beach
|
FORMULIR
PENDAFTARAN
Judul
Karya : Pengolahan Terpadu Hasil Tangkapan Nyale
oleh Masyarakat Lombok Tengah melalui PKM Su-ka (Program Kreativitas
Masyarakat Suku-Sasak) sebagai Upaya
Pengembangan Budaya Lokal Menuju Pasar
Global.
Ketua
Tim
a. Nama
Lengkap : Mustini
b. NIM :
09640024
c.
Jurusan : Biologi
d. Tempat,
Tanggal Lahir : Lombok, 27 Agustus 1991
e. Jenis
Kelamin : Perempuan
f. Alamat
Domisili : Sapen, GK 1/447 RT.25 RW.08 Yogyakarta
g. No.
Telepon / HP : 083867769881/085743152297
h. Email :
ti2n_email27@yahoo.co.id
Anggota
1
a. Nama
Lengkap : Hirman
b. NIM :
10640005
c.
Jurusan : Biologi
d. Tempat,
Tanggal Lahir : Lombok, 15 April 1991
e. Jenis
Kelamin : Laki-laki
f. Alamat
Domisili : Komplek Masjid Al-Maun, Gowok Yogyakarta
g. No.
Telepon / HP : 087839920240
h. Email :
hirmanarrasyad@yahoo.rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar